Health & Diet
Psikologi Kebalikan untuk Memanipulasi Orang Lain

20 Mar 2017


Foto: Fotosearch

Reverse psychology atau psikologi kebalikan bisa banget dimanfaatkan untuk memotivasi seseorang. Menurut psikolog Prof. Dr. Budi Matindas, psikologi kebalikan merupakan cara memanipulasi tindakan seseorang dengan menyuruhnya melakukan hal yang berlawanan (counter argument). “Sehari-hari kita sering menggunakan psikologi kebalikan ketika mencoba memengaruhi orang lain. Kita tidak memaksakan pemikiran pribadi, melainkan mengikuti pemikiran orang tersebut. Sebab, bila seseorang dikonfrontasi, dia akan makin defensif,” kata dosen Fakultas Psikologi UI ini.

Dalam situasi tertentu, metode ini lebih ampuh daripada meminta seseorang untuk melakukan sesuatu.

“Orang, tuh, selalu berpikir bahwa perkataan lawan bicaranya memiliki tujuan tersembunyi—yang memang benar. Dia tidak akan bereaksi terhadap perintah langsung. Sebagai contoh, peringatan ‘dilarang merokok’ yang tidak efektif. Melarang agar tidak melakukan hal tersebut malah membuat mereka makin ingin melakukannya.”

Pada dasarnya, alam bawah sadar kita antimendengar hal-hal negatif sehingga tidak mengenal kata: tidak, jangan, bukan, dan sejenisnya. Ketika dilarang, kita paham bahwa itu tidak dibolehkan, namun secara sadar tetap melakukannya.

“Psikologi kebalikan juga dapat menyentil sifat kompetitif pada manusia. Saat dianggap tidak mampu, mereka tertantang untuk membuktikan anggapan itu salah. Begitu pun sebaliknya,” ujar Budi.

Budi menyebutkan, psikologi kebalikan bisa digunakan untuk berinteraksi atau mempersuasi orang yang bersifat:
1/ Pede berlebih (overconfident). Mereka berpikir sebagai yang terbaik dalam segala hal. Makanya, saran dan nasihat orang lain dianggap tidak berguna, deh.
2/ Angkuh. Termasuk mereka yang tidak bersedia bekerja sama dengan orang lain dan merasa pemikirannya paling benar.
3/ Mudah terpengaruh. Mereka sering kali merasa gugup dan gampang percaya pada apa pun yang dikatakan orang. Akibatnya, mereka bimbang dan sering mengambil keputusan yang salah.
4/ Kurang pede (underconfident). Orang model ini sering berpikiran negatif serta nggak yakin terhadap pemikiran dan keputusannya.
5/ Pemberontak. Mereka paling anti kalau diberitahu apa yang mesti dilakukan, sih.

Penggunaan psikologi kebalikan sangat bermanfaat bila diterapkan dalam:
1. Hubungan percintaan (dating).
Contoh, ketika kita tidak menunjukkan perasaan suka atau jual mahal, justru si dia yang balik mengejar kita.

2. Bekerja.
Bisa banget kita jadikan senjata untuk meminta kenaikan gaji atau promosi. Caranya, setelah menunjukkan kualitas pekerjaan, dengan rendah hati kita bilang bahwa gaji adalah prioritas ke sekian. Bila perusahaan menghargai usaha kita, pasti ada kenaikan.

3. Pemasaran.
Produsen membuat barang-barang yang diklaim sebagai barang limited edition kemudian dijual dengan harga tinggi.

Asyiknya lagi, semua orang bisa memanfaatkan psikologi kebalikan. Budi pun mengungkapkan bahwa teknik ini bisa dilatih dengan cara:
- Memahami orang lain atau lawan bicara, supaya tahu cara menggiringnya agar mau mengikuti keinginan kita.
- Menunggu saat yang tepat. Ketika seseorang sedang sangat emosional, psikologi kebalikan akan memicu reaksinya secara cepat.
- Menunjukkan reaksi berlawanan dari topik yang diperdebatkan. Misal, jika ingin membuat seseorang yang menyebalkan menjauh, perlihatkan bahwa kita senang berada di dekatnya. Reaksi tak terduga ini bikin dia merasa nggak ada lagi tantangan untuk mendekati kita.
- Bertindak sesuai ucapan. Bila sudah bilang, ‘senang berada di dekat orang yang dihindari’, ya, lakukan!

Namun, Budi berpesan agar menggunakan psikologi kebalikan secara hati-hati. Bila lawan bicara cukup cerdas atau keras kepala, psikologi kebalikan bisa berbalik kepada diri kita sendiri. Soalnya, mereka malah tahu tujuan tersembunyi kita. Bukan cuma gagal memengaruhi orang lain, bisa-bisa kita malah memicu pertengkaran dengan mereka. (f)
 

Baca juga:
5 Cara Mudah Mendongkrak Motivasi Saat Anda Patah Semangat
Generasi Millennial Sangat Bersemangat untuk Berkompetisi
Ini Alasan Berkompetisi Bisa Bikin Anda Ketagihan

 


Topic

#psikologi

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?