Health & Diet
Mengenal Vaksin dan Kenapa Bayi Perlu Diimunisasi

30 Jun 2016


Foto: Stocksnap.io

Secara alamiah tubuh kita sudah memiliki sistem kekebalan sendiri. Pemberian ASI eksklusif pada 6 bulan pertama kehidupan seorang bayi dan dilanjutkan hingga usia 2 tahun pun terbukti dapat meningkatkan kekebalan tubuh seorang anak. Namun, penelitian membuktikan bahwa kekebalan itu tidak cukup untuk menangkal berbagai macam penyakit menular berbahaya yang beredar di dunia ini.

Pasalnya, ada dua jenis kekebalan tubuh manusia. Pertama adalah kekebalan tubuh umum yang terdapat dalam ASI, air liur, dan juga keringat. “Kekebalan tubuh ini selalu ada, tidak perlu memakai memori dan tidak perlu rangsangan untuk bisa aktif,” jelas dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A (K), Seketaris IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), Penasihat PROKAMI (Perhimpunan Profesi Kesehatan Muslim Indonesia), dan founder Rumah Vaksinasi

Kedua adalah kekebalan tubuh spesifik terhadap penyakit tertentu. Kekebalan tubuh jenis ini baru bisa muncul setelah dirangsang atau dilatih terlebih dahulu. ”Biasanya, pada serangan pertama suatu penyakit, cacar air misalnya, kekebalan tubuh  spesifiknya belum muncul. Ibaratnya, di tahap itu tubuh baru membentuk pasukan khusus untuk melawan virus yang menyerangnya,” tambahnya.

Saat itulah, infeksi alamiah yang terjadi akibat sakit cacar air itu menciptakan kekebalan tubuh spesifik terhadap cacar air. Sehingga, jika di masa depan ia bertemu dengan orang yang sakit cacar air, ia tidak akan tertular lagi.

Namun, para ahli kesehatan berpikir, tentu kita tidak mau jika harus sakit dulu baru kebal. Kalau cacar air mungkin tidak apa-apa karena tergolong penyakit ringan jika tidak sampai menyebabkan radang otak. “Tapi bagaimana kalau polio? Apa kita harus lumpuh dulu baru kebal? Atau difteri. Tentu kita tidak ingin lehernya dilubangi dulu agar bisa bernapas, baru kebal, ‘kan,” papar dokter dengan sub-spesialisasi jantung anak ini.

Itu sebabnya, vaksinasi diciptakan oleh para ahli kesehatan dengan meniru infeksi alamiah di atas. Virus atau kuman suatu penyakit ditangkap, kemudian dibiakkan, lalu diberi sesuatu sehingga lemah. “Ketika disuntikkan, bibit penyakit tersebut tetap bisa merangsang kekebalan spesifik, tapi tidak menimbulkan penyakitnya. Ibaratnya, vaksinasi itu memanipulasi tubuh untuk mengaktifkan kekebalan tubuh spesifik, namun tidak memakai unsur kimiawi,” ungkapnya, lugas.

Dokter Wiendra Waworuntu, M.Kes., Direktur Surveilans Imunisasi Karantina dan Kesehatan Matra (SIMKARKESMA), Kementerian Kesehatan berujar, apabila penolakan  makin meluas, tentu akan meresahkan masyarakat. “Jika banyak orang tua yang tidak mengimunisasi anaknya, maka akan terjadi wabah penyakit di mana-mana. Padahal, wabah tersebut seharusnya dapat dicegah dengan imunisasi,” ujarnya, khawatir.

Ia pun menekankan, ada beberapa hal yang perlu masyarakat pahami soal imunisasi, antara lain:
  1. Imunisasi adalah upaya yang paling efektif untuk mencegah wabah, kecacatan, dan kematian.
  2. Imunisasi adalah hak anak, dan kewajiban orang tua untuk melindungi anaknya.
  3. Imunisasi tidak hanya bermanfaat untuk diri sendiri, tetapi juga dapat melindungi masyarakat di sekitarnya.
  4. Lebih baik mencegah daripada mengobati. (f)
   


Eka Januwati
 


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?