Health & Diet
Melawan Obesitas Pada Arya Permana

25 Sep 2016


Foto: Dok. Pribadi

 
Ketua tim dokter yang menangani Arya, dr. Julistio Djais, SpA (K), M.Kes, dari Divisi Nutrisi dan Penyakit Metabolik RSHS, mengatakan bahwa konsumsi minuman manis kemasan 15-20 gelas serta 5 bungkus mi  instan dalam sehari merupakan penyebab utama obesitas tubuh Arya. “Hasil perhitungan saya dan tim menunjukkan konsumsi Arya 6.400 kalori dalam sehari,” terangnya. Angka ini sangat melewati batas yang seharusnya hanya 2.300 kalori.

Tubuh Arya yang membesar membuatnya sulit bergerak, sehingga memperburuk kondisi fisiknya. Arya hanya bisa duduk atau tidur telungkup. Karena terlalu banyak tidur di siang hari, di malam hari Arya justru bangun, tapi tidak dapat melakukan aktivitas. “Tiap kelebihan 3.000 kalori yang dikonsumsi, jika tidak dibakar dengan aktivitas akan menyebabkan kenaikan berat badan sebanyak setengah kilogram. Jadi, tak heran berat Arya terus bertambah,” terang dr. Julistio.

Khusus menangani kasus Arya, dr. Julistio bekerja sama dengan 12 dokter spesialis dari berbagai konsentrasi di RS Hasan Sadikin. Mulai dari bagian penyakit tulang, jantung, endokrin anak, psikiater, gizi, rekam medik, penyakit dalam, tumbuh kembang anak, patologi klinik, radiologi, bedah anak, sampai ortopedi anak.

“Hal utama yang harus dilakukan adalah mengubah perilaku menyimpang dalam hal makan dan mengajarkan ibunya untuk memotivasi Arya melakukan aktivitas seperti berjalan,” ungkap dr. Julistio. “Kami pantau menu keseharian Arya dan memastikan bahwa asupan kalori per harinya sudah sesuai dengan yang kami harapkan,” lanjutnya, senang bahwa sekitar 80% anjuran tim dokter sudah diikuti dengan baik oleh Arya dan orang tuanya.

Arya kini mengurangi jajan dan lebih memilih makan di rumah. Ibunya  juga jadi lebih terampil dalam menyiapkan menu sehat seimbang. Mereka bahkan tak segan membeli timbangan badan khusus seharga Rp2.500.000, yang mampu menahan bobot hingga 200 kg. Dengan timbangan ini, mereka bisa memantau perkembangan Arya di rumah.

Sampai sekarang, Arya masih harus melakukan pemeriksaan rutin  tiap dua minggu sekali di  RS Hasan Sadikin, Bandung. Dua minggu berikutnya, tim dokter yang mengunjungi rumahnya. Selain mengambil contoh darah untuk cek laboratorium, tim dokter juga menguji kemampuan Arya berjalan kaki menempuh jarak tertentu.

Dari segi fisik, tubuh Arya kini lebih ringan untuk melangkah. “Sekarang jalan sejauh 300 meter Arya masih kuat. Sebelumnya, berdiri lima menit saja sudah pegal, sekarang satu jam masih kuat juga,” ucap dr. Julistio, tersenyum lebar. Ia benar-benar bangga pada kemajuan Arya.
Bagaimanapun, ia tidak memungkiri bahwa tidak mudah menangani pasien anak. Terkadang kedatangan mereka masih disambut cemberut oleh Arya. “Harus pintar-pintar membujuk. Tapi, makin ke sini makin gampang diatur,” ujarnya. Kalau Arya ngambek atau lebih memilih play station daripadag ditimbang, dr. Julistio terkadang menyiasatinya dengan keisengan. “Saya colek-colek saja sampai dia risi. Kalau dia lari mengejar saya, kalorinya jadi ikut terbuang,” ceritanya, tertawa terbahak.

Pola tidur Arya kini menjadi lebih teratur. Rokayah selalu mengingatkan Arya untuk tidur maksimal pukul sepuluh malam. Minuman kemasan sudah tidak dikonsumsinya. Mi instan pun hanya ia nikmati sebulan sekali. Menu sehat menjadi teman sehari-harinya. “Nasi merah, sayuran dibanyakin, daging satu, sama buah-buahan juga dibanyakin. Makannya teratur,” kata Arya, dengan bangga menceritakan kebiasaan makannya yang baru.

Selain menjaga pola makan dan tidur, Arya juga mengikuti nasihat tim dokter untuk banyak melakukan aktivitas. Saat diwawancara, Arya mengaku punya hobi baru, yaitu main basket dan sepak bola. Meski belum bisa bergerak seaktif teman-teman sepermainannya, Arya berusaha keras untuk tetap membuat tubuhnya berkeringat. “Harus rajin olahraga. Kepingin badan lebih sehat. Olahraganya renang, main basket, sepak bola, sama jalan keliling kampung satu jam,” ungkap Arya, penuh semangat.(f)
 
 


Topic

#obesitasanak

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?