Health & Diet
8 Gangguan Kesehatan Akibat Video Games

5 Dec 2018


Foto: Shutterstock
 
Seiring perkembangan teknologi digital, industri game pun makin berkembang. Apa yang ditawarkan dari permainan berbasis teknologi ini pun makin menarik hati. Sebut saja game-game seperti Point Blank, Mobile Legend, atau PUBG menjadi beberapa game terlaris saat ini. Berbeda dari tipikal game lawas, game sekarang dibuat dengan visual, tantangan, dan reward yang lebih atraktif. Pengembang makin cerdas untuk memainkan psikologis pemain.
 
“Pengembang berusaha membuat game yang bisa mengaktifkan hormon endorfin pemain. Game yang sukses itu bisa dibilang yang bisa membuat pemainnya kecanduan,” ungkap Diori Cergy Castalli, pengembang game Mini Racing Adventure yang diunggah lebih dari 10 juta kali di Play Store/Apple Store.
 
Dalam International Classification of Diseases Edisi ke-11, Juni lalu, World Health Organization (WHO) memasukkan game disorder sebagai penyakit gangguan kesehatan jiwa. Kepada femina, Kepala Departemen Kesehatan Mental RSCM, dr. Kristiana Siste Kurniasanti, SpKJ, menjabarkan pernyataan WHO tersebut didasari kekhawatiran beberapa gangguan kesehatan terkait game, sebagai berikut:
 
1/ Gangguan Kesehatan Mental
Tahun 2017 lalu, sebuah survei yang dilakukan terhadap 19 ribu pemain gim di Amerika, Inggris, Kanada dan Jerman, menunjukkan hanya 2,4% responden yang dikategorikan mengalami game disorder. Jadi, bukan hanya karena seseorang suka game lantas disebut punya masalah kejiwaan.
 
WHO menjabarkan, seorang pemain game, baru bisa dikatakan telah terganggu kejiwaannya ketika menunjukkan perilaku: selama 12 bulan terus-menerus menunjukkan ketidakmampuannya mengontrol diri dalam bermain game, prioritas bermain game menjadi nomor satu dan mengenyampingkan prioritas lainnya yang lebih penting dalam hidup (misalnya, makan, tidur, belajar, bekerja).
 
Meskipun telah memberikan konsekuensi yang negatif dalam hidup, ia justru meningkatkan frekuensi bermain game dan perilaku bermain game-nya telah mengganggu kehidupan sosialnya, di sekolah ataupun pekerjaan.
 
“Adiksi terhadap game hampir sama dengan adiksi terhadap judi. Di dunia, prevalansinya 16% pada remaja, sedangkan di negara Asia lebih banyak lagi. Salah satu penyebabnya, remaja di Asia lebih sulit mengekspresikan perasaannya sehingga pelariannya ke game,” jelas dr. Kristiana.

Yang juga perlu dicermati game yang menjadi wadah penyaluran agresivitas remaja. “Biasanya, jenis game semacam ini yang menimbulkan adiksi,” tambahnya.

Selain membawa pasien ke psikiater adiksi (atau didampingi dengan psikiater remaja/anak, jika pasien masih di bawah umur), terapi perilaku juga dibutuhkan. “Mereka yang kecanduan game umumnya disertai depresi karena kehidupannya juga sudah hancur: sekolah/ pekerjaan berantakan, tidak punya teman, sehingga perlu penanganan yang multidisiplin,” saran dr. Kristiana.
 


Topic

#kesehatan, #kesehatanjiwa, #mentalhealth, #gadget, #videogames

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?