Health & Diet
5 Cara Cegah Cedera Saat Maraton

22 Jul 2016


Foto: Fotosearch

Lari, sih, bukan olahraga asing buat kita. Namun, 'saudaranya' lari yaitu maraton masih kurang diminati. Maklum, jarak yang ditempuh nggak main-main, yaitu puluhan ribu kilometer dari titik start hingga garis finish. Berhubung jaraknya panjang, kita juga kudu pakai strategi, dong, supaya bisa menyelesaikan maraton. Habis, terlalu ngotot di kilometer pertama justru bikin kita cepat ambruk bahkan cedera, tuh.
 
Lari jarak jauh
Menurut dr. Phaidon Toruan, Sp.KO, maraton adalah lari dengan lintasan jarak sejauh 42.195 km. Meskipun terbuka bagi segala usia dan jenis kelamin, olahraga ini sebenarnya ditujukan buat orang-orang tertentu.

“Kalau lari maraton dilakukan untuk olahraga, manfaatnya adalah untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah. Tapi, jarak 42.195 km sebetulnya bukan konsumsi masyarakat yang berolahraga mencari sehat. Lebih cocok bagi orang yang mencari prestasi.”

Jadi, meski kita terbiasa berlari, menaklukkan jarak puluhan ribu kilometer bukanlah hal gampang. Persiapan khusus dibutuhkan oleh para pelari maraton agar bisa mencapai target, dan latihan fisiknya pun kudu dilakukan secara bertahap. Bagi yang mencari rekreasi alias senang-senang, sih, sama sekali nggak cocok!
 
Are you ready?
Seandainya tertarik untuk menekuni maraton, kita harus memiliki persiapan mental sebagai modal awal.

“Nomor satu persiapan mental. Maraton adalah olahraga yang membosankan bagi banyak orang. Akan tetapi, banyak yang menyukainya karena efek endorfin di otak,” kata dr.Phaidon.

Kita pun butuh persiapan dalam berlatih mengingat jaraknya sangat panjang. Latihan juga penting apabila kita ingin berpartisipasi dalam sebuah pertandingan besar, tuh.

“Tanpa persiapan untuk menang berarti kita bersiap untuk kalah, dong. Selain itu, kita harus mulai mempelajari ilmu nutrisi dasar yang kemudian dikondisikan sesuai kebutuhan tubuh.”

Jangan lupa perlengkapan pendukung seperti sepatu yang pas dan bersih, serta kaus kaki dan baju yang menyerap keringat juga nggak kalah penting, tuh.
 
Yuk, dilatih
Menurut dr. Phaidon, latihan fisik terbagi menjadi dua, yaitu latihan inti (lari maraton) dan tambahan (peregangan serta melatih kekuatan otot).

“Untuk frekuensi berlatih tidak bisa disamaratakan pada tiap orang. Biasanya, sih, pelari maraton berlatih 2-3 kali seminggu dengan pola masing-masing. Durasinya pun disesuaikan dengan programnya, apakah untuk melatih kecepatan (speed) atau daya tahan (endurance).”

“Khusus pemula, lakukan latihan interval, misalnya lari satu menit yang dikombinasikan dengan jalan satu menit. Ulangi hingga 15 sesi dalam satu kali latihan. Minggu berikutnya baru mulai ditingkatkan. Demikian pula dengan jarak, lakukan juga secaea bertahap.”

Hindari memaksakan diri, deh, untuk berlatih—apalagi kalau tubuh kita sedang lemah bahkan sakit. Justru kita dianjurkan untuk beristirahat memulihkan kondisi fisik. Nekat berlatih hanya membahayakan kesehatan!
 
Bebas lemas dan dehidrasi
Saat berlari pasti ada sebagian cairan tubuh kita yang hilang sehingga menyebabkan dehidrasi. Nah, untuk mengatasinya dr. Phaidon menganjurkan agar kita mengonsumsi air putih sebanyak mungkin.

“Usahakan water loading yand dilakukan sebelum, selama, dan sesudah pertandingan. Soalnya berlari selama maraton membuat tubuh kehilangan air sebanyak 3-4 kg. Kalau tidak diperhatikan secara khusus, tubuh akan mengalami dehidrasi.”

Selain itu, kita juga nggak boleh menyepelekan asupan makanan. Menurut dr. Phaidon, karbohidrat (carb loading) akan menjaga kondisi tubuh tetap fit dan berenergi.

“Pilih karbohidrat kompleks seperti ubi, sinkong, atau nasi merah. Asupan ini sangat membantu daya tahan tubuh ketika berlari. Sementara vitamin dan mineral membantu proses pengolahan dan pembentukan energi.” (f)
 


Topic

#lari

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?