Fiction
Cerpen: Pangir

13 Aug 2017



Sepulang kerja tadi, kusut labirin otak Suri karena memikirkan antara membiarkan Tisha berjumpa dengan Mamak atau mencari tempat baru ia bisa menitipkan anak itu. Berputar-putar dengan mobil sampai urusan membeli pangir selesai, tidak satupun nama teman yang ia percaya untuk mengurus Tisha terbit dalam benaknya. Oleh sebab itu, Suri membawa anak enam tahun itu pulang.

“Benar-benar, ya. Tak kasihan kalian sama Mamak kalian ini.”
 
Sesuai dugaan, ibunya itu murka. Suri menundukkan kepala. Tidak berani beradu pandang dengan perempuan yang mempertaruhkan nyawa saat melahirkannya itu.

“Waktu aku datang ke sini, kutengok sepi-sepi saja rumah kau. Tak ada anak yang dibilang si Arta. Kupikir Arta berbohong. Ternyata, kau sembunyikan selama aku di sini!”

Bukan seperti ini yang ada dalam skenarionya. Ia menggigit bibir. Sekuat tenaga, Suri menahan mulutnya untuk tidak menyanggah.

“Suri, kau ini sudah 30 tahun. Belum menikah pula. Langsung kaburlah semua laki-laki melihat kau punya anak. Mau jadi apa kau, Suriii?” keluh ibunya sambil terisak-isak.

Ia memberanikan diri mengangkat kepalanya. Mengusap-usap bahu Mamak demi menenangkannya. Tapi, ibunya itu menepis tangannya.

“Kusekolahkan kau tinggi-tinggi. Supaya sejahtera hidupmu. Dapat suami yang baik, hebat, dan berpendidikan. Tapi, tak kawin-kawin juga kau. Sekarang, malah kau mengadopsi anak. Asal-usul anak itu pun tak jelas. Tak takutkah kau nanti kenapa-kenapa kau dibuatnya?”

Mengapa nilai seorang wanita hanya didasarkan pada menikah atau tidak? Mengacu kepada sehebat apa status dan kedudukan laki-laki yang mempersuntingnya? Suri mengepalkan tangannya. Dengan cara itu, ia berharap dapat membendung kemarahannya.

“Ah, malangnya nasibku ini yang punya dua anak perempuan,” kata Mamak merintih sesenggukan.

Suri memalingkan muka. Air matanya mulai tergenang. Kekecewaan yang tergambar di raut wajah ibunya merupakan pukulan telak buatnya. Tanpa perlu ditegaskan, Mamak sudah menghakiminya sebagai anak durhaka. Anak perempuan yang bisanya hanya membuat susah sang ibunda.
 
“Ah, sudahlah. Besok kau pesankan saja tiket buat aku pulang,” titah Mamak sambil tergopoh-gopoh memasuki kamar tidur.

Selanjutnya, klik laman berikutnya.
 


Topic

#fiksifemina

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?