Family
Tak Terbukti Bermanfaat Bagi Anak-anak, Musim Fidget Spinner Hampir Berakhir

26 Jul 2017


Foto: Pixabay

Sejak akhir tahun lalu hingga awal tahun ini, fidget spinner sepertinya jadi mainan paling dicari. Saat belum banyak yang menjual di toko-toko mainan di tanah air, orang bahkan niat banget menitip pada rekannya yang pergi ke luar negeri atau membelinya secara online.

Fidget spinner atau hand spinner atau sering disebut spinner saja, pada dasarnya adalah mainan berbentuk seperti suriken, senjata yang digunakan ninja, yang poros tengahnya berputar dengan menggunakan gear. Bahan pembuatnya bervariasi dari plastik biasa hingga logam kemudian berkembang bentuknya, bahkan kemudian ditambahkan lampu yang bisa berganti-ganti warna. Harganya pun bervariasi.

Tantangan dari permainan ini antara lain, menjaganya tetap berputar dengan menggunakan satu jari, memindah-mindahkan jari yang memegang poros spinner, atau memindahkan spinner dari tangan kiri ke kanan dan sebaliknya.

Spinner sempat disebut-sebut sebagai alat yang dapat membantu orang lebih fokus bekerja bahkan dapat membantu anak yang mengalami kesulitan berkonsentrasi. Iming-iming ini membuat spinner laris manis. Namun seiring waktu para ahli yang melakukan pengamatan mematahkannya.

Menurut psikolog anak Anna Surti S.Psi, “Sepengetahuan saya, fidget spinner enggak terlalu bermanfaat. Spinner memang membuat anak sibuk, dalam artian anak jadi kepikiran terus dengan fidget spinner. Tapi sebetulnya anak juga perlu masa-masa tenang, tanpa terstimulasi apa pun.”

Lebih jauh, Anna mengibaratkan masa-masa tenang ini gunanya seperti menenangkan air yang keruh atau melonggarkan karet yang menegang. Saat air sudah tenang atau karetnya longgar, maka anak kembali bisa mengoptimalkan pikirannya lagi untuk hal-hal yang bermanfaat kembali.

Saat fidget spinner mengisi saat-saat bengong itu, si anak yang seharusnya bisa menenangkan diri jadi kembali terstimulasi. “Akan ada saatnya ia jadi lelah, malah kurang efektif untuk belajar yang sesungguhnya,” jelas psikolog dari Universitas Indonesia ini.

Tak heran kalau sekolah-sekolah di Amerika Serikat dengan tegas mengeluarkan larangan bagi siswa untuk memainkan spinner di kelas karena dianggap bisa mengganggu proses belajar.

Satu lagi yang perlu jadi perhatian, poros spinner biasanya menggunakan bola-bola biji berbentuk sangat kecil. Sebagai orang tua Anda harus berhati-hati, karena biji bola itu bisa masuk ke hidung atau tertelan anak-anak. (f)

Baca juga:
Waspada, Ini 7 Tanda Anak Depresi
Bagi Orangtua, Pantau Anak Dalam Memakai YouTube dengan Cara Ini
Kenalkan 4 Mainan Tradisional Pada Anak, Yuk!


Topic

#MainanAnak, #Anak

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?