Family
Ini Cara Lindungi Anak dari Konten Negatif di Internet

9 Aug 2018


Dok. LSPR

Maraknya penggunaan internet pada anak-anak yang tidak bijak, menggugah institusi pendidikan London School of Public Relation (LSPR) melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) untuk memberikan literasi digital ramah anak kepada para orang tua, yang dilakukan di 8 Ruang Publik Terbuka Ramah Anak (RPTRA) di DKI Jakarta (5/8). Di antaranya adalah RPTRA Meruya Utara, RPTRA Borobudur, RPTRA Cililitan, RPTRA Kebon Sirih, RPTRA Rasamala, RPTRA Semper Barat, RPTRA DKI Berseri, RPTRA Tiga Durian.
 
Kurang lebih sepuluh dosen dan seratus mahasiswa sibuk mengajarkan kepada warga bagaimana berinternet sehat dan ramah anak. LSPR tak bekerja sendirian. Instansi pendidikan swasta ini bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, ICT Watch, Yayasan Sejiwa, Forum Anak DKI Jakarta dan Traditional Games Return Community.
 
“Penelitian oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2016 menyatakan, 768 ribu anak Indonesia usia 10-14 tahun telah rutin mengakses internet. Edukasi ini penting dilakukan untuk meminimalisir bahaya internet seperti cyberbully, terpapar konten negatif, menjadi korban dari pelanggaran privasi, dan juga dampak negatif lainnya. Selain itu kami juga mengajak orang tua untuk dapat memberikan teladan dalam menggunakan internet secara bijak dan bertanggung jawab salah satunya dengan tidak menyebarkan berita palsu atau hoax dan ujaran kebencian,” tutur Dr. Janette Maria Pinariya, Executive Dean LSPR Jakarta.
 
Di RPTRA Cililitan, sekitar 20 orang tua yang merupakan warga sekitar lokasi, berkumpul dan antusias untuk mengetahui lebih dalam tentang bagaimana menggunakan internet agar lebih aman bagi anak-anak. Maklum saja, penggunaan internet yang sarat paparan negatif seperti konten pornografi dan kekerasan, menjadi kekhawatiran utama para orang tua terhadap anak mereka.
 
Mereka menyadari betul, ancaman dari konten negatif di internet dapat memengaruhi pola perilaku anak mereka. Hal ini mendorong mereka untuk turut terlibat memahami penggunaan internet, etika pemakaiannya dan hal-hal yang perlu dihindari di dunia daring.
 
Dengan saksama, para orang tua memerhatikan penjelasan Eri Kasman Gafran, koordinator dari ICT Watch, mengenai penggunaan internet sehat dan ramah anak.
 
“Agar anak aman dalam menggunakan internet, ada acara khusus dalam pengasuhan di era digital ini. Jaga komunikasi yang baik dengan anak, buat aturan dasar terkait penggunaan internet di rumah dan jadilah panutan digital yang baik untuk anak,” jelas Eri.

Eri menambahkan ada beberapa cara tertentu yang dapat meminimalisir anak-anak mengakses informasi yang sarat konten negatif dengan memaksimalkan penggunaan fitur yang ada di dalamnya. Misalnya, pada tiap platform digital seperti Google atau YouTube dapat diatur dengan fitur parental control, yang secara otomatis akan menawarkan konten-konten yang ramah anak dan mengeliminasi konten-konten negatif sehingga lebih aman untuk anak-anak.
 

Dok. LSPR
 
Sementara para orang tua serius mendengarkan pemaparan dari pakar, anak-anak asyik bermain dengan permainan-permainan tradisional seperti lompat karet, kelereng, hingga gangsing. Permainan tradaisional itu kini sudah jarang ditemui generasi saat ini, karena mereka lebih terbiasa bermain dengan gawai. Asyik bermain membuat anak-anak dapat lepas sejenak dari kungkungan gawai sekaligus mengembangkan kemampuan sosialisasi dan komunikasi dengan teman-teman sebayanya. (f)

Baca Juga :

3 Jenis Terapi Khusus untuk Menyembuhkan Kecanduan Game Online
Situs Mikroblogging Tumblr Diblokir Kominfo, Ini Sebabnya
6 Cara Mudah Lindungi Data di Akun Facebook Anda

 


Topic

#internetsehat, #LSPR, #gadget, #literasidigital

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?