Career
15 Langkah Mudah Dapat Pekerjaan

3 May 2016


Foto: Fotosearch

Sering 'melempar' CV ke berbagai perusahaan, tapi nggak ada respons? Rajin mendatangi job fair dan sebulan kemudian masih juga berburu kerja? Hmm... mungkin selama ini cara yang kita pakai untuk meraih pekerjaan impian, tuh, kurang pas. Selain itu, terlalu percaya dengan mitos seputar pencarian kerja juga memengaruhi persepsi kita—akhirnya makin nggak pede melamar kerja, deh. Ikuti 15 langkah mudah dapat pekerjaan berikut ini...
 
1. Harus proaktif
Eits, nggak selalu! Dengan skill yang oke dan posisi spesifik, sih, kita memang bakal cepat dapat pekerjaan. Sebaliknya, nih, kalau kemampuan kita pas-pasan, ya, cara pasif seperti ini nggak bakal menembus kesempatan wawancara kerja. Saatnya proaktif, dong. Misalnya, dengan cara menghubungi perusahaan yang sudah dilamar dan minta waktu wawancara—meskipun kita nggak qualified, he he. Kalaupun akhirnya pewawancara menganggap kita nggak cocok untuk mengisi posisi tersebut, siapa tahu ada posisi lain yang bisa dicoba.
 
2. Selektif melihat lowongan kerja di internet
Cepat, sih, iya. Sayangnya nggak semua perusahaan memasang lowongan kerja via internet. Bergabung dalam komunitas dan situs pencari kerja memang memperbesar peluang kita untuk menemukan pekerjaan, tapi cara 'kuno' seperti membaca lowongan di koran, datang ke job fair, bahkan memanfaatkan jejaring kadang lebih efekitf, tuh.
 
3. Nggak perlu mendaftarkan diri ke berbagai situs pencari kerja
Situs tersebut cuma memfasilitasi kita untuk menjual diri ke perusahaan yang sedang mencari calon karyawan. Dan... bukan berarti semua perusahaan yang menjadi klien situs pencari kerja tersebut langsung antre memanggil kita untuk wawancara—kecuali kualifikasi kita oke banget. Situs pencari kerja ibarat 'biro jodoh'. Artinya, mereka menjodohkan perusahaan dengan karyawan yang memenuhi standar kualifikasi kliennya. Jadi, untuk memperbesar kesempatan, ya, kita kudu tetap aktif melamar posisi yang ditawarkan dari sekian lowongan di situs tersebut.
 
4. Kutu loncat masih berpeluang
Dulu karyawan yang sering gonta-ganti pekerjaan memang dianggap nggak punya loyalitas terhadap perusahaan. Kalau sekarang banyak pewawancara yang mau mengerti alasan si kutu loncat ini, kok. Kadang untuk maju dan menambah skill, kita nggak perlu takut meloncat dari satu perusahaan ke perusahaan lain. Tapi, juga jangan terlalu cepat berpindah-pindah—minimal satu tahun menetap, deh. Kalau sudah telanjur jadi kutu loncat, ya, tinggal pintar-pintarnya kita menjual skill yang dimiliki. Pede saja bilang bahwa pengalaman dan pengetahuan yang selama ini kita 'curi' bakal berguna bagi calon perusahaan tersebut.
 
5. Menolak tawaran = mematikan langkah?
Ada saatnya kita merasa sok jual mahal sehingga menolak tawaran pekerjaan yang datang dan pada akhirnya menyesal. Daripada kepikiran terus, kita harus berani menghubungi kembali pihak pewawancara dan minta waktu untuk melaksanakan wawancara yang tertunda. Biasanya mereka nggak akan menolak permintaan kita selama posisi yang ditawarkan masih tersedia—kan, kita memang sudah termasuk kandidat utama. Kalau nggak dicoba, ya, tawaran itu bakal lewat....
 
6. Jaga sikap di depan pewawancara
Sebenarnya, nih, setiap saat kita harus bersikap sopan—nggak cuma saat wawancara kerja saja. Berhubung sedang butuh pekerjaan, level kesopanan kita mau nggak mau kudu ditingkatkan. Mulai, deh, dengan sabar menunggu jadwal wawancara, mengetuk pintu saat memasuki ruang wawancara, berjabat tangan, bergantian berbicara ketika ditanya, hingga mengucapkan terima kasih setelah selesai diwawancarai. Banyak orang yang pengen melihat calon karyawannya pede, tapi bukan berarti meninggalkan tata krama, dong!
 
7. Buat CV dan surat lamaran
Keduanya sama penting, tuh, untuk disertakan saat kita melamar pekerjaan. Soalnya HRD ingin tahu posisi apa yang pelamar inginkan dan bagaimana karakternya—ini juga terbaca dari tanda tangan kita di bawah surat. Makanya, surat lamaran dan CV merupakan satu paket yang nggak terpisahkan.
 
8. CV up to date
Dalam selembar CV, perusahaan ingin mengetahui skill, pendidikan (plus training kalau ada), serta pengalaman yang dimiliki oleh calon karyawannya. Hanya butuh waktu kurang dari 20 detik untuk menyingkirkan CV yang terlihat nggak menarik. Jadi, bikin, dong, CV yang singkat dan padat untuk menunjukkan segala kelebihan kita. Detailnya, sih, bisa menyusul pada saat interview.
 
9. Datangi job fair
Kalau kita memang berharap mendapatkan pekerjaan setelah datang ke job fair, berarti kita kudu melakukan persiapan khusus. Jangan buang waktu hanya untuk mengecek sikon atau booth yang ada di sana. Justru kita harus menyiapkan diri semaksimal mungkin, siapa tahu bisa langsung walk-in interview. Minimal, kita membawa flashdisk berisi surat lamaran, CV, foto terbaru, juga portofolio—kan, sekarang serba paperless.
 
10. Waktu memengaruhi 'isi' wawancara
Ternyata, nih, jadwal wawancara yang paling enak adalah pagi hari (sekitar pukul 09.00 – 11.00). Soalnya pada jam-jam tersebut belum banyak gangguan bagi pewawancara maupun calon karyawan. Kalaupun dilakukan di siang hari, biasanya waktu yang dipilih adalah pukul 13.00 atau 14.00. Lewat dari itu seringkali wawancara ditujukan bagi kandidat yang kurang diminati perusahaan.
 
11. Negosiasi waktu
Wah, jangan terlalu gampangan menyanggupi panggilan wawancara kerja. Selain dianggap gampang disetir, kita juga bisa terjebak sendiri dalam janji itu—apalagi kalau kita masih berstatus karyawan di perusahaan lain. Lebih baik kita mencoba bernegosiasi terhadap calon perusahaan. Minta bertemu setelah jam kerja juga boleh, asal pihak pewawancara nggak keberatan. Seandainya waktu wawancara sudah harga mati, kita kudu siap mengalah, misalnya dengan mengambil cuti biar nggak mengganggu pekerjaan saat ini.
 
12. Unjuk gigi
Banyak faktor yang memengaruhi kesuksesan wawancara. Kualifikasi yang dicari dari calon karyawan di antaranya interpersonal skill (termasuk kemampuan menjawab pertanyaan), penampilan, hingga kesan yang ditangkap oleh si pewawancara. Meskipun CV kita standar, pasti perusahaan punya alasan kuat buat bertemu langsung dengan kita. Jadi, buktikan bahwa kita memang orang yang tepat buat mengisi posisi tersebut pada saat dipanggil wawancara.
 
13. Serius keluar dari zona nyaman
Sekali memutuskan resign dari tempat kita bekerja selama bertahun-tahun, kudu segera direalisasikan. Soalnya kalau kebanyakan mikir pada akhirnya cuma terjebak kembali dalam zona nyaman kita. Kita pun jadi nggak berani meninggalkan kantor serta posisi yang sebenarnya sudah mentok. Namun, nggak disarankan juga resign karena alasan emosional, misalnya ribut dengan rekan kerja. Tahu sendiri, kan, mencari pekerjaan baru nggak gampang? Kalau memang merasa diri kita nggak lagi berkembang—baik skill maupun mental—mungkin sudah saatnya mencari pekerjaan baru.
 
14. Pertimbangkan untuk pindah haluan
Banyak, kok, orang yang pindah profesi kemudian sukses, meski ada juga yang gagal. Memang sulit pindah haluan, tapi bukannya nggak mungkin, tuh. Selama kita melakukannya terencana dan total pasti nggak ada masalah. Coba, deh, kuliah lagi atau ngambil kursus untuk memperdalam pengetahuan di bidang yang baru—apalagi kalau nggak pede terhadap kemampuan yang dimiliki sekarang.
 
15. Berpromosi setelah resign
Nggak salah, sih, bilang kepada semua jejaring bahwa kita sudah 'bebas' dari kantor lama. Tapi... nggak mesti buru-buru menjelaskan kalau kita butuh pekerjaan baru segera—bisa-bisa kita disangka di-PHK, tuh! Bilang saja kita siap membantu mereka seandainya dibutuhkan, pasti mereka ngeh kalau kita siap dipekerjakan. Sambil menunggu tawaran pekerjaan yang oke, coba juga ambil pekerjaan paruh waktu—lumayan buat mengisi pundi-pundi tabungan, nih. Siapa tahu dari proyek-proyek kecil ini banyak klien yang puas sehingga mempercayakan proyek besar. Kadang cara promosi sederhana 'dari mulut ke mulut' bisa berdampak dahsyat, tuh! (f)
 
 


Topic

#dapatkerja

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?